Mana yang worth? Sewa atau Beli Rumah?
Kebutuhan primer manusia seperti sandang, pangan, dan papan menjadi hal penting untuk dipenuhi demi tercapainya produktivitas aktivitas sehari-hari. Dari ketiga kebutuhan tersebut, harga termahal untuk memilikinya adalah papan atau tempat tinggal. Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing terkait tempat tinggal. Ada kelompok membeli rumah atau apartemen dengan KPR, ada kelompok nabung dulu bayar tunai, tapi ada juga kelompok sewa rumah dulu sambil nabung setelah tabungan cukup baru membeli rumah.
Sebenarnya, baik tim beli rumah atau sewa rumah sama-sama memiliki positif dan negatifnya masing-masing. Melihat kondisi perekonomian di Indonesia yang segalanya semakin mahal, orang orang yang memutuskan untuk sewa rumah, selain biaya, juga ada beberapa pertimbangan lain yang mendukung keputusan mereka.
Menurut finansialku dot com, pertimbangan pertama adalah bisa berpindah dengan mudah. Orang-orang tipe ini biasanya beralasan masih mencari pekerjaan dan hidupnya nomaden, sehingga tidak memungkinkan untuk menetap pada satu alamat. Dengan begitu, mereka memilih sewa rumah agar bisa menyesuaikan bujet yang dimiliki dan lokasi tempat mereka bekerja.
Pertimbangan kedua adalah sulit untuk menjual rumah. Hampir sama dengan pertimbangan pertama, orang-orang yang menyewa rumah bukan berarti tidak ingin menabung untuk membeli rumah. Kembali lagi dengan perekonomian Indonesia yang sedang lesu, apabila mereka membeli rumah dan suatu saat lokasi pekerjaannya jauh dari rumah dan tidak memungkinkan mobilitasnya, maka harus memikirkan untuk menjual rumah.
Kondisi ini mengharuskan orang untuk berpikir dua kali lipat karena tidak banyak juga orang yang mampu membeli rumah atau apartemen, apalagi jika rumah yang dijual bertempatan di kota besar. Meskipun rumah merupakan investasi terbaik yang dapat meningkat harganya setiap tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan membutuhkan waktu yang lama pula untuk menggaet konsumen agar mau membeli rumah.
Pertimbangan terakhir dari menyewa rumah adalah alasan paling umum yang dipilih, yakni lebih murah. Hal ini sering dipilih oleh orang-orang yang belum menikah karena tentunya membayar cicilan rumah sendirian tanpa dibantu keluarga atau pasangan menjadi prioritas yang cukup berat. Oleh karena itu, menyewa rumah dengan harga yang lebih murah menjadi pilihan daripada memaksakan diri untuk kredit rumah walau di dalam kemampuan finansial.
Masih banyaknya fenomena menyewa rumah dibanding membeli rumah di masa muda dikarenakan poin utama adalah finansial. Meski membeli rumah terlihat sangat berat karena banyak hal yang harus dipikirkan serta panjangnya cicilan yang harus dibayarkan, tidak ada salahnya untuk mulai mengatur keuangan agar lekas mendapatkan rumah impian yang bisa diatur sendiri.
Sebelum mengatur keuangan, alangkah baiknya jika membuat perencanaan matang terkait membeli rumah sebelum eksekusi. Perencanaan pertama adalah set kriteria rumah impian yang akan dibeli, seperti lokasi rumah, peruntukkannya apa, dan harus berpikir tentang potensi ke depan apabila sewaktu-waktu rumah yang dibeli bisa menjadi income.
Yang kedua adalah perbanyak informasi terkait harga-harga rumah yang ada di pasaran. Apabila kita sudah mempunyai rencana lokasi rumah impian, maka dapat mencari informasi di daerah tersebut seperti sekadar jalan-jalan barangkali menemukan plang rumah dijual. Dari situ lah informasi harga bisa ditemukan.
Yang terakhir terkait perencanaan adalah pengelolaan bujet yang ada. Agustina Fitria Aryani, Financial Planner Head dari OneShildt Financial Planning membagikan
jurus pengelolaan bujet yang sehat agar bisa beli rumah. Pertama, ‘jangan besar pasak daripada tiang’ alias pengeluaran sama dengan pemasukan. Kondisi ini sering dianggap remeh oleh orang-orang yang mengakibatkan ‘berhutang’ dan membuat kondisi keuangan tidak lagi sehat. Ketika gajian di awal bulan, alangkah baiknya jika mengatur porsi keuangan untuk kebutuhan primer (makan dan transportasi), kebutuhan sekunder (cicilan dan masa depan), hingga dana untuk hiburan.
Memilih lingkungan yang tepat juga salah satu kelola bujet versi Agustina. Lingkungan yang tidak mendukung gaya hidup keuangan yang sehat juga membuat pengeluaran terus melebihi pemasukan. Lingkungan yang tidak sehat ini seperti bersaing harta benda dengan rekan kerja, sehingga kondisi keuangan yang sudah diatur akan melenceng karena tidak adanya dukungan yang baik dari lingkungan.
Hal terakhir yang harus dilakukan adalah menghindari kebiasaan ‘ikut-ikutan’. Kebiasaan ini lebih mengarah dengan tingginya keinginan yang tidak terlalu prioritas, seperti berbelanja make up padahal tidak terlalu membutuhkan, atau berbelanja flash sale besar-besaran yang sering ditawarkan oleh marketplace sekarang ini.
Kebiasaan ini dapat dihilangkan apabila kita memikirkan kembali prioritas utama untuk pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu, segala kebutuhan dan pemasukan harus direncanakan dengan matang tanpa mengutamakan gengsi.
Membeli atau menyewa rumah sama-sama hal yang baik, bergantung dengan prioritas masing-masing orang. Apabila pilihan sudah jatuh pada membeli rumah, pengelolaankeuangan per bulan harus ditaati seketat mungkin agar membeli rumah segera terwujud.
Namun, menyewa rumah juga tidak salah apabila tetap ada alokasi penghasilan untuk tabungan beli rumah. Masa iya, mau sewa-sewa rumah terus sampai tua? Kalau kamu, tim beli rumah atau sewa rumah sekarang ini?