Belum banyak analis pasar perumahan yang menghubungkan pergerakan sektor pasar perumahan dengan pasar komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, karet, dan lainnya. Indonesia Property Watch menjadi salah satu konsultan properti yang mencoba mengulas hubungannya dan dipercaya menjadi salah satu key indicators dalam memahami tren siklus pasar perumahan.
Seperti yang diulas Indonesia Property Watch pada tahun 2009, saat itu diprediksi akan terjadinya peningkatan pasar perumahan dengan melihat bagaimana tren pergerakan harga di sektor komoditas yang mulai bergerak naik cukup tinggi.
Hal ini juga beriringan dengan tren pasar perumahan yang terus naik sampai tahun 2012. Pada beberapa siklus pasar perumahan, umumnya pasar perumahan akan naik cukup tinggi dalam periode 1 atau 2 tahun setelah sektor komoditas mulai mengalami kenaikan. Bagaimana dengan tren pasar komoditas saat ini?
Pasar komoditas sempat mengalami kenaikan harga pada periode 2021 di akhir pandemi, dan terus berlanjut akibat adanya invasi Rusia ke Ukraina. Namun di tahun 2023 ternyata kenaikan pasar komoditas tidak berlanjut, meskipun kondisi global dan geopolitik masih belum Stabil, dan terakhir kondisi memanas Israel dan Palestina, disertai dengan ikut sertanya Iran membuat pasar Timur Tengah kembali memanas. Kondisi ini bisa membuat krisis bahan bakar dan naiknya batu bara disertai dan sektor komoditas lainnya.
Para pengusaha sektor komoditas dan eksportir akan memperoleh keuntungan yang cukup besar dan pada saatnya mereka akan membeli properti, bukan segmen menengah-bawah, namun lebih ke properti menengah-atas. Perang bukan sebuah hal yang diharapkan, namun kondisi global saat ini dapat mendongkrak pasar perumahan di segmen menengah-atas.
Sementara itu, di segmen menengah sampai bawah yang merupakan pasar gemuk perumahan masih mengalami tekanan, menyusul juga potensi kenaikan suku bunga KPR akibat kenaikan BI Rate. Tapi ke depan, pengembang harusnya siap dengan melonjaknya permintaan di segmen ini dan tidak hanya fokus memasarkan properti segmen atas.